Kompetisi Sepak Bola Liga Primer (LPI) dijadwalkan mulai digelar pada 8 Januari 2011.

Saat deklarasi LPI di Semarang, Minggu (24/10), sudah ada 17 kesebelasan yang bakal mengikuti kompetisi yang digagas pengusaha, Arifin Panigoro tersebut.

Mereka adalah Semen Padang, PSPS Pekanbaru, PSMS Medan, Medan Chief Football, Persebaya Surabaya, Arema Indonesia, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Persis Solo, Semarang United, Maung Bandung Raya, Bogor Raya FC, Batavia United, Jakarta FC, PSM Makassar, Manado United, dan Bali FC.

Bahkan, saat ini Semarang United sedang menggelar seleksi untuk mencari pemain yang bakal terjun pada kompetisi sepak bola tersebut.

General Manager Bidang Liga LPI, Arya Abhiseka mengatakan, kompetisi ini semula dijadwalkan mulai November 2010, tetapi akhirnya diputuskan 8 Januari 2011 sambil menunggu kesiapan masing-masing tim peserta.

"LPI itu sifatnya demokratis dan kalau dimainkan November tentunya belum siap dan kami menunggu tim-tim peserta itu siap dulu. Saya kira pada 8 Januari 2011, semua tim peserta sudah siap," katanya pada waktu itu.

Ia mengatakan, sebanyak 17 klub yang sepakat membangun LPI itu sebagai bukti bahwa klub-klub tersebut menginginkan suatu liga yang dikelola secara mandiri dan profesional.

"Mereka telah sepakat atas regulasi umum, panduan dasar liga, dan simulasi pertandingan," katanya.

Ia menjelaskan, sebagai upaya mencapai kemandirian, LPI memberikan bantuan modal awal kepada setiap klub peserta agar terlepas dari ketergantungan kepada APBD.

Modal dasar itu, katanya, jumlahnya bervariasi untuk setiap klub, sesuai dengan hasil audit yang telah diselenggarakan.

Selain itu, kata dia, LPI menganut asas secara transparan dan bertanggung jawab kepada klub peserta.

Sesuai kesepakatan bersama klub, katanya, pembagian pendapatan LPI akan dilakukan berdasarkan dua skema.

Skema pertama, katanya, untuk pendapatan liga misalnya sponsor liga dan hak siar yaitu seluruh klub memperoleh bagian pendapatan sebesar 50 persen, para juara 30 persen, dan konsorsium 20 persen.

Skema kedua, menurut dia, mengatur pembagian hasil atas pendapatan pertandingan, yaitu tuan rumah mendapat bagian hasil pertandingan sebesar 75 persen, sedangkan tim tamu 25 persen.

Penggagas LPI, Arifin Panigoro, mengatakan, LPI digulirkan untuk membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik. "Kami ingin sepak bola di Tanah Air lebih baik lagi," katanya.

Sebelum LPI digulirkan, bakal dilaksanakan prakompetisi di Medan (Sumut), Surabaya, dan Makassar (Sulsel).

"Pada pertandingan prakompetisi mendatang juga akan menghadirkan tim-tim dari luar negeri," katanya.

Jenjang Prestasi

Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Hinca Panjaitan, mengatakan, klub-klub yang bertanding pada LPI dipastikan bakal menemui hambatan untuk pengembangan prestasi selanjutnya setelah kompetisi itu selesai.

"Mata rantai LPI akan terputus ketika liga itu berakhir karena tidak ada jenjang prestasi yang lebih tinggi," katanya.

Menurut dia, kalau klub-klub yang bertanding pada kompetisi sepak bola di bawah PSSI sudah jelas yaitu apabila menjadi juara nasional akan mengikuti Liga Champions Asia, bahkan bisa mengikuti kejuaraan antarklub dunia.

"Jadi bukan tidak mungkin PSIS Semarang ini menjadi juara dunia antarklub," katanya.

Ia mengakui, sebenarnya gagasan yang diusung oleh LPI sangat bagus, tetapi lebih baik hal itu dipadukan dengan PSSI untuk kemajuan persepakbolaan nasional.

"Gagasannya sangat bagus dan harus diakui perjalanan PSSI juga memang masih banyak catatan, tetapi sayangnya mereka tidak mau duduk bersama untuk membicarakan kemajuan sepak bola Indonesia bersama PSSI," katanya.

Ketika ditanya soal sanksi, ia mengatakan, PSSI tidak segan-segan memberikan sanksi kepada elemen sepak bola Indonesia yang terlibat dalam LPI karena memang aturannya seperti itu.

Termasuk, kata dia, keikutsertaan pemain asing karena yang mengeluarkan surat pengesahan termasuk visa kerja mereka harus melewati meja PSSI terlebih dulu.

"Saat ini PSSI hanya berhak memberikan sanksi organisasi karena klub yang terdaftar di PSSI kemudian bergabung dengan LPI karena melanggar statuta PSSI pasal 79 hingga 83 tentang kompetisi dan Komdis baru bisa memberikan sanksi ketika LPI sudah berjalan," katanya.

Hal senada juga dikatakan Direktur Perwasitan PSSI, Bambang Irianto.

Menurut dia, LPI tidak bisa memakai wasit resmi karena wasit yang bertugas memimpin liga sepak bola profesional harus memiliki surat pengesahan baik dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), FIFA, maupun organisasi sepak bola resmi di setiap negara.

"Menurut regulasi FIFA, semua perangkat pertandingan termasuk wasit harus mendapat legalitas dari FIFA melalui organisasi sepak bola masing-masing negara," katanya.

Guna mewujudkan impian yang tak kalah mulianya demi memajukan persepakbolaan di tanah air, LPI agaknya masih harus melalui jalan terjal yang penuh dengan berbagai hadangan.